Trip To Japan Part 1

Trip To Japan - Part 1


Nah, setelah menghilang sekian lama, akhirnya saya kembali. Saya menghilang karena suatu alasan yaitu saya jalan-jalan ke negara tetangga. Sebenarnya tidak tetangga juga sih, soalnya lumayan jauh yaitu Jepang. Kami sekeluarga besar berangkat pada hari kedua imlek yaitu tanggal 17 Februari 2018 dari Batam ke Jepang via Singapore.


Nah paspor kami sudah diganti menjadi e-Paspor sehingga untuk travelling ke Jepang pun tidak lagi membutuhkan pengajuan visa. Namun untuk berangkat ke Jepang dibutuhkan registrasi untuk bebas visa selama 15 hari kunjungan. Namun jika kalian berencana untuk berkunjung lebih dari 15 hari, maka diharuskan mengurus visa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  
Kami berangkat dari pelabuhan Harbour Bay International Ferry Terminal Batu Ampar menuju ke Tanah Merah International Ferry Terminal Singapore. Perjalanan hanya sekitar 30 menit namun ada pihak kepolisian yang melakukan inspeksi pada kapal feri kami, sehingga total perjalanan sekitar 40 menit. Biasanya inspeksi dilakukan secara acak kepada beberapa kapal feri oleh pihak Singapore sebelum kita tiba.

Nah ada cerita menarik. Kami mengantri pada imigrasi Singapore kira-kira pukul 10.30 waktu Singapore. Ada rombongan keluarga kami yang berangkat dari Batam Center International Ferry Terminal yang belum tiba. Beberapa saat setelah itu, kapal mereka tiba dan mereka pun mengantri di belakang kami. 

Tiba-tiba seorang wanita memanggil petugas imigrasi dan menunjukkan tiket pesawat dia sehingga mereka diberikan prioritas untuk melewati antrian. Pada saat itu, saya melihat anggota keluarga kami juga ikut diberikan prioritas, sehingga lantas saya juga menyuarakan "Eh enak benar dia memotong barisan, kan kami juga pesawat yang sama". Sepertinya kedengaran oleh petugas, kami pun ditanya apakah kami juga akan naik pesawat? Kami katakan kami satu rombongan dan kemudian menunjukkan tiket pesawat kami, tapi sialnya adalah bahwa posisi kami tidak terdapat pintu yang dapat keluar dari barisan, sehingga petugas meminta kami untuk sabar sedikit sampai pintu terdekat sehingga dia bisa bukakan pintu untuk kami keluar dari barisan. Betapa senangnya kami. Kami dengan semangat mengantri, namun ketika kita sampai ke sebuah pintu, petugas melihat jam dan mengatakan "antrian sebentar lagi sudah sampai, kalian seharusnya tidak akan ketinggalan pesawat. Kalian lanjut antri saja ya?". Memang sih, tinggal sedikit lagi antrian kami selesai. Kami pun lanjut mengantri sebagaimana mestinya.

Kami pun berangkat menuju Changi Airport Terminal 1 untuk segera Check In. Setibanya, kami langsung diarahkan ke counter Group Check In Singapore Airlines. Setelah selesai Check In, kami pun window shopping di Changi Airport.





Ini adalah beberapa foto yang sempat kami ambil di Changi Airport. Kami pun segera menuju ke gerbang kami akan boarding ke dalam pesawat.

Kami terbang ke KIX (Kansai International Airport) Osaka menggunakan pesawat Singapore Airlines. Penerbangan dari Singapore ke Osaka memakan waktu kurang lebih 6 jam 30 menit. Di dalam pesawat, para penumpang diberikan kain hangat untuk menyegarkan diri. Kita juga diberikan headset gratis untuk multimedia. Kita bisa nonton film, dengar music, main games dan lain-lain.

Setibanya kita di KIX pun, para penumpang pada bersiap-siap dengan memakai jaket dan sebagainya. Kami pun segera menuju ke toilet terdekat untuk ganti baju yang tebal setelah itu menuju ke carrousel untuk menunggu bagasi kami.

Setelah kami selesai mengambil bagasi dan melewati proses imigrasi, kami menunggu guide kami yang belum tiba. Sementara waktu, kami bertanya-tanya ke counter-counter yang menyediakan penyewaan internet dan ternyata untuk menyewa internet dengan modem wifi membutuhkan biaya lebih kurang 800 ribu. Sedangkan untuk paket roaming per kartu cuma 250 ribu per minggu. Sehingga kami memutuskan untuk mengambil paket roaming dibanding dengan modem wifi karena sekalipun jika dibagi dengan 9 orang, modem wifi akan lebih murah namun fleksibilitas kita berkurang karena harus bersama terus.

Kami pun kemudian bertemu dengan guide kami. Dia adalah seorang gadis asal Taiwan yang dulunya pernah bekerja di Jepang selama beberapa waktu sehingga lumayan familiar dengan wilayah Jepang dan juga bahasa Jepang.

Setelah bertemu dan kenalan, kami pun berangkat menuju tempat penginapan kami. Setelah keluar dari gedung airport, cuaca sangatlah dingin. Kira-kira sekitar 6 derajat celcius dinginnya. Namun, kita sudah diperlengkapi dengan jaket, syal, beanie, kaus kaki, celana tebal, sepatu, dan sebagainya.

Beginilah kira-kira penampakannya. Mohon maaf, saat jepret matanya tiba-tiba hilang. Hehehe. Ini saya ambil saat berada di stasiun kereta cepat. Jadi selama di Jepang, kita menggunakan transportasi umum. Kita menggunakan semacam kartu pembayaran yang namanya ICOCA. Konsepnya sama persis seperti EZ-LINK di Singapore. Semua transportasi umum dapat menggunakan kartu tersebut. Bahkan beberapa minimarket dan supermarket sudah menerima metode pembayaran kartu tersebut. Kami pun berangkat membawa koper kami masing-masing.

Kami dari stasiun KIX menuju ke stasiun Tengahchaya. Dari stasiun Tengahchaya kita pindah line menuju ke Nagahoribashi. Nah kami sempat nyasar karena guide kami pun tidak tahu persis tempat penginapan kami, soalnya kami juga tinggal di Inn yang low budget. Hehehe.

Akhirnya guide pun bertanya ke supir taksi setempat dan kemudian diberi tahu cara menuju penginapannya. Kami pun bergegas pergi karena waktu sudah malam. Tibanya di penginapan, kita menemukan kendala-kendala yang sangat wajar, yaitu bahasa. Resepsionis pada saat itu kesulitan untuk berbahasa inggris dan terjadi juga miskomunikasi sebab kami memang reservasi untuk 10 orang namun yang datang  hanya 9 orang sehingga membingungkan.

Kesalahpahaman pun tidak hanya itu. Kamar kami dipisah menjadi 2 kamar sementara kami ingin semua berkumpul di 1 kamar saja. Kami khawatir kalau kamar juga ditinggal oleh orang lain sebab konsep penginapannya adalah seperti hostel dimana ada room sharing dengan tamu-tamu lain. Kami sempat berdebat, namun karena perbedaan bahasa, kami sangat kesulitan untuk berkomunikasi sehingga kita putuskan kita ikuti saja kemauan pihak penginapan terlebih dahulu.

Hari berikutnya, pihak penginapan memberikan klarifikasi bahwa mereka mempertimbangkan jumlahnya orang dan mengkhawatirkan bahwa 1 kamar tersebut tidak nyaman untuk ditinggal oleh 9 orang dengan bagasi yang besar-besar seperti kami sehingga mereka melakukan penyesuaian dengan membagi tamu menjadi 2 kamar tanpa biaya lebih. Mereka pun berjanji tidak akan meletakkan tamu lain ke kamar kami. Menurut kami itu adalah suatu hal yang sangat dermawan bagi sebuah penginapan. Sebuah itikad baik yang telah disalahpahami oleh kami karena keterbatasan bahasa.

Begitulah perjalanan kami dari Batam ke Jepang. Akan saya susul dengan cerita-cerita saya selama di Jepang di bagian-bagian blog selanjutnya. Byeee...

Comments

Popular posts from this blog

Favorite Hero Mobile Legend - Hilda

Trip To Japan Part 2